Sekolah Islam Terpadu Harapan Mulia Palembang

Jumat, 29 April 2016

MEMBENTUK KARAKTER SISWA DENGAN PENGAJARAN SASTRA ANAK





By : Sukmawati, S.Pd
(Guru Bahasa Indonesia SDIT Harapan Mulia Palembang)

Sastra mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Semakin anak terampil berbahasa, maka akan terampil pula mereka berfikir. Sastra mempunyai peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Tokoh-tokoh dalam karya sastra secara tidak sadar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak mengendalikan berbagai emosi.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), watak diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya. Padanan watak, menurut KBBI adalah budi pekerti dan tabiat. Karakter atau watak seseorang, selain bawaan sejak lahir (genetik), juga terbentuk oleh pendidikan, sejak pendidikan di dalam keluarga sampai di sekolah, serta pengaruh nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat dan lingkungan yang menumbuhkannya. Karena setiap orang memiliki bawaan genetik yang berbeda, serta tumbuh dalam lingkungan pendidikan dan pergaulan yang relatif  berbeda, maka tumbuh pula karakter-karakter tertentu yang melekat pada sosok-sosok pribadi yang unik. 



Menurut Panuti Sudjiman (1989:68) sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keartistika, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Lebih jauh lagi  Sapardi (1979:1) memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Sebagaimana menurut Piaget dalam Pateda (1988) dalam usahanya mencari hubungan antara bahasa dan pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa perkembangan bahasa dan penggunaannya oleh anak tercermin dalam perkembangan mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan sosialnya memegang peranan penting dalam kehidupan anak. 


Pembacaan Puisi M. Naufal Muzakki, siswa SDIT Harapan Mulia
Pengajaran sastra, menjadi tumpuan yang sangat vital. Jika kita gagal membentuk karakter yang positif dan unggul pada diri siswa, bisa-bisa masa depan bangsa ini akan semakin terpuruk, kehilangan harapan, atau kehilangan kepribadian dan gampang dijajah oleh bangsa lain. Pengajaran sastra di sekolah, seperti lazimnya kita ketahui, biasanya mencangkup pantun, puisi, drama dan prosa. Sedangkan contoh kongkret dari hasil karya sastra yang biasa kita jumpai dalam pembelajaran adalah sebuah cerpen, novel dan lain-lain.


Dalam hal ini, pembelajaran sastra berperan dalam mengasah kecerdasan emosional dan pola pikir siswa. Mengapa demikian? Karena saat membaca novel, secara tidak langsung, siswa ikut beradaptasi dengan alur cerita di dalam novel tersebut. Misalnya saja ketika cerita di dalam novel tengah menyajikan bagian-bagian yang menyedihkan, maka siswa akan terangsang untuk ikut berempati kepada tokoh yang sedang mengalami kesedihan. 


Karya sastra yang hadir yang diperuntukan untuk anak menurut Nurgiyantoro (2005:35-41) memberikan beberapa konstribusi pada anak. Konstribusi tersebut terkait dengan kejiwaan atau karakter anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sastra anak memiliki konstribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas. Siswa yang banyak “melahap” bacaan sastra akan memiliki pola pikir yang berbeda jika dibandingkan dengan siswa yang hanya “mengendus” bacaan sastra. Siswa yang banyak membaca sastra (cerpen/novel) akan terbiasa dengan pola pikir “out of the box”.


Pikiran-pikiran inovatif dan ide-ide kreatif akan muncul seiring berkembangnya imajinasi terhadap suatu permasalahan. Paradigma berpikir “out of the box” akan menguntungkan bagi siswa. Bukan hanya dalam hal akademik, melainkan juga dalam hal-hal non-akademik. Pola pikir seperti itu membuat siswa cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi.
Pembacaan Puisi Gelegar Bryan Harist, siswa SMPIT Harapan Mulia


Selain dapat mengolah dan mengendalikan emosi dengan baik, efek positif yang didapat oleh siswa adalah dapat memiliki hubungan sosial yang berkualitas. Menurut Aristoteles, manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan berinteraksi menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Kekuatan sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia ke dalam persepsi kehidupan yang berbeda. Sejarah menuliskan bagaimana sosok seorang Umar bin Khotob yang punya kepribadian keras akhirnya luluh dalam basuhan sejuknya kekuatan sastra ayat-ayat Al-Quran. Goresan luka dari tajamnya pedang takkan bisa membuatnya menangis. Hantaman pukulan dari algojo dan ancaman pembunuhan tidak sedikit pun membuatnya merinding ketakutan.

Betapa pentingnya sastra hingga Umar bin Khotob pernah mengingatkan, “Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, maka kau sedang mengajarkan keberanian pada mereka!”. Sungguh sangat beralasan jika negara-negara maju sudah menjadikan sastra sebagai alat untuk membendung moralitas anak-anak muda. Para pendidik di negara-negara maju sudah menyadari bahwa sastra mempunyai kekuatan besar yang sanggup merasuk ke hati pelajar, sehingga moralitas mereka juga bisa tertata. Ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan sastra dengan yang tidak. Siswa yang diajarkan sastra hampir tidak berperilaku negatif seperti perkelahian dan melakukan kejahatan kriminal. Sastra ternyata mampu menata etika mereka dengan budi pekerti yang baik.
 
Dengan membaca karya sastra, anak-anak juga akan mampu menyadari dan memahami perasaan-perasaan yang beranekaragam yang dimainkan orang serta mengenali konsep-konsep perbedaan pandangan pada manusia. Bahkan, sastra dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan baru dalam menyikapi masalah. Dalam perkembangan nya, ternyata sastra anak-anak dapat menunjang perkembangan bahasa (memberikan penambahan kosa kata baru dan logika bahasa atau merangkai kata), kognitif (memberikan pengalaman dan perkembangan daya piker anak-anak kea rah yang lebih baik), personalitas (mengembangkan kepribadian anak dalam menyikapi kehidupan), dan sosial (menjadikan anak lebih peka dalam memasuki lingkungan yang telah ada atau lingkungan yang baru sehingga anak mampu bersosialisasi dengan baik) untuk mencari inspirasi. 


Pada hakikatnya setiap orang terutama anak-anak senang sastra
Pada hakikatnya semua orang senang dan butuh sastra, terlebih anak yang sedang berada dalam masa peka untuk memperoleh, memupuk, dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan yang begitu kompleks. Anak-anak sering menanyakan atau bercerita tentang hal-hal baru saja ia alamai dan ia lihat. Jika belum mendapat jawaban, anak terus meminta kita untuk menjelaskan atau menceritakannya sambil bertanya hal-hal yang didengarnya. Keadaan seperti ini menandakan bahwa anak membutuhkan sastra dalam salah satu bentuk apresiasi dan pertumbuhannya. Sastra merupakan sarana yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan infornasi bagi anak.


Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menciptakan pembelajaran suatu karya yang menyenangkan untuk anak adalah:

  1. Mengajak siswa keluar kelas, ke taman atau kebun terdekat. Cara ini dapat dicoba untuk mengajar menulis puisi. Para siswa dapat diperkenalkan dengan berbagai fenomena alam yang puitis, seperti gerak daun jatuh, desir suara angin atau kepak sayap kupu-kupu yang berpindah-pindah. Siswa dapat diminta untuk menuliskan fenomena alam dengan baris-baris puitis.
  2. Dalam pembelajaran puisi, dapat dilakukan dengan menayangkan dulu video penyair terkenal sedang membaca puisi, menghadirkan deklamator terkenal ke depan kelas dengan berbagai model penyajian puisi yang langsung melibatkan anak.
  3. Belajar di luar ruang juga dapat dipilih untuk mengajarkan menulis cerpen, misalnya ke kantin, taman, kebun, sehingga siswa bisa mengamati dan memilih potret kehidupan yang dilihatnya. Misalnya seorang anak penyemir sepatu, lalu diminta membayangkan anak itu rajin bekerja untuk mengobati ibunya. Siswa bisa mengembangkan daya imajinasinya menjadi cerita pendek.
  4. Dalam mengajarkan apresiasi sastra,  misalnya membahas puisi, cerpen atau novel, bisa saja siswa diajak ke suatu tempat untuk mendiskusikannya secara santai dan terbuka.
  5. Setelah semua langkah-langkah di atas sudah dilalui, barulah siswa dapat dikumpulkan di kelas, diberi pengetahuan sastra untuk memperluas pengetahuan anak ke teori dan sejarah sastra yang diperlukan.

Pelatihan dan pengenalan sastra di SDIT Harapan Mulia Palembang

Joyful Learning dalam mempelajari sastra di SDIT Harapan Mulia Palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar