By : Sukmawati, S.Pd
(Guru Bahasa Indonesia SDIT Harapan Mulia Palembang)
Sastra
mempunyai hubungan erat dengan penalaran dan pikiran anak-anak. Semakin anak
terampil berbahasa, maka akan terampil pula mereka berfikir. Sastra mempunyai
peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak. Tokoh-tokoh dalam karya
sastra secara tidak sadar akan mendorong atau mempengaruhi anak-anak
mengendalikan berbagai emosi.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), watak diartikan sebagai sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah lakunya. Padanan watak,
menurut KBBI adalah budi pekerti dan tabiat. Karakter
atau watak seseorang, selain bawaan sejak lahir (genetik), juga terbentuk oleh
pendidikan, sejak pendidikan di dalam keluarga sampai di sekolah, serta pengaruh
nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat dan lingkungan yang menumbuhkannya.
Karena setiap orang memiliki bawaan genetik yang berbeda, serta tumbuh dalam
lingkungan pendidikan dan pergaulan yang relatif berbeda, maka tumbuh pula karakter-karakter
tertentu yang melekat pada sosok-sosok pribadi yang unik.
Menurut
Panuti Sudjiman (1989:68) sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki
berbagai ciri keunggulan seperti keartistika, keindahan dalam isi dan
ungkapannya. Lebih jauh lagi
Sapardi (1979:1) memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Sebagaimana
menurut Piaget dalam Pateda (1988) dalam usahanya mencari hubungan antara
bahasa dan pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa perkembangan bahasa dan
penggunaannya oleh anak tercermin dalam perkembangan mentalnya. Persepsi anak
dan lingkungan sosialnya memegang peranan penting dalam kehidupan anak.
Pembacaan Puisi M. Naufal Muzakki, siswa SDIT Harapan Mulia |
Pengajaran
sastra, menjadi tumpuan yang sangat vital. Jika kita gagal membentuk karakter
yang positif dan unggul pada diri siswa, bisa-bisa masa depan bangsa ini akan
semakin terpuruk, kehilangan harapan, atau kehilangan kepribadian dan gampang
dijajah oleh bangsa lain. Pengajaran sastra di sekolah, seperti lazimnya kita
ketahui, biasanya mencangkup pantun, puisi, drama dan prosa. Sedangkan contoh
kongkret dari hasil karya sastra yang biasa kita jumpai dalam pembelajaran
adalah sebuah cerpen, novel dan lain-lain.
Dalam
hal ini, pembelajaran sastra berperan dalam mengasah kecerdasan emosional dan
pola pikir siswa. Mengapa demikian? Karena saat membaca novel, secara tidak
langsung, siswa ikut beradaptasi dengan alur cerita di dalam novel tersebut.
Misalnya saja ketika cerita di dalam novel tengah menyajikan bagian-bagian yang
menyedihkan, maka siswa akan terangsang untuk ikut berempati kepada tokoh yang
sedang mengalami kesedihan.
Karya
sastra yang hadir yang diperuntukan untuk anak menurut Nurgiyantoro
(2005:35-41) memberikan beberapa konstribusi pada anak. Konstribusi tersebut
terkait dengan kejiwaan atau karakter anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sastra anak memiliki konstribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak
dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang
jelas. Siswa yang banyak “melahap” bacaan sastra akan memiliki pola pikir yang
berbeda jika dibandingkan dengan siswa yang hanya “mengendus” bacaan sastra.
Siswa yang banyak membaca sastra (cerpen/novel) akan terbiasa dengan pola pikir
“out of the box”.
Pikiran-pikiran
inovatif dan ide-ide kreatif akan muncul seiring berkembangnya imajinasi
terhadap suatu permasalahan. Paradigma berpikir “out of the box” akan menguntungkan bagi siswa. Bukan hanya dalam
hal akademik, melainkan juga dalam hal-hal non-akademik. Pola pikir seperti itu
membuat siswa cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang
mereka hadapi.
Pembacaan Puisi Gelegar Bryan Harist, siswa SMPIT Harapan Mulia |
Selain
dapat mengolah dan mengendalikan emosi dengan baik, efek positif yang didapat
oleh siswa adalah dapat memiliki hubungan sosial yang berkualitas. Menurut
Aristoteles, manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
berinteraksi menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Kekuatan
sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia ke dalam
persepsi kehidupan yang berbeda. Sejarah menuliskan bagaimana sosok seorang
Umar bin Khotob yang punya kepribadian keras akhirnya luluh dalam basuhan
sejuknya kekuatan sastra ayat-ayat Al-Quran. Goresan luka dari tajamnya pedang
takkan bisa membuatnya menangis. Hantaman pukulan dari algojo dan ancaman pembunuhan
tidak sedikit pun membuatnya merinding ketakutan.
Betapa
pentingnya sastra hingga Umar bin Khotob pernah mengingatkan, “Ajarkanlah
sastra pada anak-anakmu, maka kau sedang mengajarkan keberanian pada mereka!”.
Sungguh sangat beralasan jika negara-negara maju sudah menjadikan sastra
sebagai alat untuk membendung moralitas anak-anak muda. Para pendidik di negara-negara
maju sudah menyadari bahwa sastra mempunyai kekuatan besar yang sanggup merasuk
ke hati pelajar, sehingga moralitas mereka juga bisa tertata. Ada
perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan sastra dengan yang tidak.
Siswa yang diajarkan sastra hampir tidak berperilaku negatif seperti perkelahian
dan melakukan kejahatan kriminal. Sastra ternyata mampu menata etika mereka
dengan budi pekerti yang baik.
Dengan
membaca karya sastra, anak-anak juga akan mampu menyadari dan memahami perasaan-perasaan
yang beranekaragam yang dimainkan orang serta mengenali konsep-konsep perbedaan
pandangan pada manusia. Bahkan, sastra dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
wawasan baru dalam menyikapi masalah. Dalam perkembangan nya, ternyata sastra
anak-anak dapat menunjang perkembangan bahasa (memberikan penambahan kosa kata baru
dan logika bahasa atau merangkai kata), kognitif (memberikan pengalaman dan
perkembangan daya piker anak-anak kea rah yang lebih baik), personalitas
(mengembangkan kepribadian anak dalam menyikapi kehidupan), dan sosial
(menjadikan anak lebih peka dalam memasuki lingkungan yang telah ada atau
lingkungan yang baru sehingga anak mampu bersosialisasi dengan baik) untuk
mencari inspirasi.
Pada hakikatnya setiap orang terutama anak-anak senang sastra |
Pada
hakikatnya semua orang senang dan butuh sastra, terlebih anak yang sedang
berada dalam masa peka untuk memperoleh, memupuk, dan mengembangkan berbagai
aspek kehidupan yang begitu kompleks. Anak-anak sering menanyakan atau
bercerita tentang hal-hal baru saja ia alamai dan ia lihat. Jika belum mendapat
jawaban, anak terus meminta kita untuk menjelaskan atau menceritakannya sambil
bertanya hal-hal yang didengarnya. Keadaan seperti ini menandakan bahwa anak
membutuhkan sastra dalam salah satu bentuk apresiasi dan pertumbuhannya. Sastra
merupakan sarana yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan infornasi bagi anak.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam menciptakan pembelajaran suatu karya yang
menyenangkan untuk anak adalah:
- Mengajak siswa keluar kelas, ke taman atau kebun terdekat. Cara ini dapat dicoba untuk mengajar menulis puisi. Para siswa dapat diperkenalkan dengan berbagai fenomena alam yang puitis, seperti gerak daun jatuh, desir suara angin atau kepak sayap kupu-kupu yang berpindah-pindah. Siswa dapat diminta untuk menuliskan fenomena alam dengan baris-baris puitis.
- Dalam pembelajaran puisi, dapat dilakukan dengan menayangkan dulu video penyair terkenal sedang membaca puisi, menghadirkan deklamator terkenal ke depan kelas dengan berbagai model penyajian puisi yang langsung melibatkan anak.
- Belajar di luar ruang juga dapat dipilih untuk mengajarkan menulis cerpen, misalnya ke kantin, taman, kebun, sehingga siswa bisa mengamati dan memilih potret kehidupan yang dilihatnya. Misalnya seorang anak penyemir sepatu, lalu diminta membayangkan anak itu rajin bekerja untuk mengobati ibunya. Siswa bisa mengembangkan daya imajinasinya menjadi cerita pendek.
- Dalam mengajarkan apresiasi sastra, misalnya membahas puisi, cerpen atau novel, bisa saja siswa diajak ke suatu tempat untuk mendiskusikannya secara santai dan terbuka.
- Setelah semua langkah-langkah di atas sudah dilalui, barulah siswa dapat dikumpulkan di kelas, diberi pengetahuan sastra untuk memperluas pengetahuan anak ke teori dan sejarah sastra yang diperlukan.
Pelatihan dan pengenalan sastra di SDIT Harapan Mulia Palembang |
Joyful Learning dalam mempelajari sastra di SDIT Harapan Mulia Palembang |